Jumat, 01 Februari 2013

AWAL BERDIRINYA JUVENTUS FC


AWAL BERDIRINYA JUVENTUS FC

Juventus didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di Turin, tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club Juventus dua tahun kemudian. Klub ini bergabung dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia pada tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian warna pink dan celana hitam. Juve memenangi gelar seri-A perdananya pada 1905, ketika mereka bermain di Stadio Motovelodromo Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih,
 
 
Juventus Football Club biasa disebut sebagai Juventus dan popular dengan nama Juve, merupakan sebuah klub sepak bola profesional asal Itali yang berada di kota Turin . Klub ini didirikan pada tahun 1897.Juventus merupakan klub tersukses dalam sejarah Liga Serie A dengan raihan 27 gelar juara (Scudetto), dan juga tercatat sebagai salah satu klub tersukses di dunia. Juventus menjadi klub terbaik Italia di abad 20, dan menjadi klub terbaik Italia kedua di Eropa dalam waktu yang sama.Secara keseluruhan, klub ini telah memenangi 51 kejuaraan resmi. Dengan rincian 40 di Italia, dan 11 di zona UEFA dan dunia. club ini menjadi klub pertama Italia dan Eropa Selatan yang berhasil memenangi gelar Piala UEFA (sekarang namanya menjadi Liga Europa). Pada tahun 1985, Juventus menjadi satu-satunya klub di dunia yang berhasil memenangi seluruh kejuaraan piala internasional dan kejuaraan liga nasional, dan menjadi klub Eropa pertama yang mampu menguasai semua kejuaraan UEFA dalam satu musim.
 
 
Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak pemain untuk tim nasional Italia.
Sejak 2006 klub ini bermarkas di Stadio Olimpico di Torino. Markas lama mereka yaitu stadion Stadio delle Alpi, sedang dalam perombakan besar-besaran yang diperkirakan akan selesai pada awal musim 2011-2012, dimana nanti namanya akan berubah menjadi Juventus Arena.

 MASA KEPELATIH CARLO CARCANO

 Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin. Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai Derby della Mole. Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli mengambil alih kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru. Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana pada musim 1925-1926, mereka berhasil menjadi scudetto dengan mengalahkan Alba Roma/As Roma dengan agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan pelatih Carlo Carcano, dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.
 
 
 
 
MASA KEPELATIHAN JESSE CARVER

Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale, tetapi di akhir 1930 dan di awal 1940 mereka gagal merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino.Klub ini menambah dua gelar seri-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.Dua striker baru dikontrak pada musim 1957–58; seorang Wales bernama John Charles dan blasteran Italia-Argentina Omar Sívori, yang bermain bersama punggawa lama seperti Giampiero Boniperti. Musim ini, Juve kembali berjaya di seri-A, dan menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final
 



MASA KEPELATIHAN TRAPPATONI


era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat seri-A porak poranda di 1980. Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar seri-A empat kali di era tersebut. Puncaknya adalah pada 1982 dimana Juve menjadi klub seri-A pertama yang berhasil memenangi seri-A sebanyak 20 kali, dan itu berarti mereka boleh menambah tanda bintang di kausnya satu kali lagi. Paolo Rossi, salah satu pemain Juve bahkan terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia 1982.Setelah Paolo Rossi, pria Perancis bernama Michel Platini secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut: 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang mampu mengantarkan 
pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun berurutan. Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans(pendukung) dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima tahun. Diakhir 1980, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan. Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990


Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-1995.Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi seri-A untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980 di musim 1994-1995. Pemain bintang yang ia asuh saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal, dimana Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve.
Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi seri-A musim 1996–1997 dan 1997–1998, termasuk juga Piala Super Eropa 1996 dan Piala Interkontinental 1996. Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).
Setelah dua musim absen karena dikontrak oleh Inter Milan (dan gagal), Marcello Lippi kembali ke Juventus di awal 2001. Pria penyuka cerutu ini lantas membawa beberapa pemain biasa, yang kembali ia berhasil sulap menjadi pemain hebat, diantaranya Gianluigi Buffon, David Trézéguet, Pavel Nedvěd dan Lilian Thuram, dimana para pemain tersebut membantu Juve kembali memenangi dua gelar seri-A di musim 2001-2002 dan 2002-2003. Juve juga berhasil maju kembali ke final Liga Champions, sayangnya mereka kalah oleh sesama tim Italia lain, AC Milan. Tahun berikutnya, Lippi diangkat menjadi manajer timnas Italia setelah bersaing ketat dengan Fabio Capello, dan mengakhiri eranya sebagai pelatih terbaik Juventus di era 1990 dan awal 2000.
 
 

 
 
Mantan pemain Juventus era 1970, Fabio Capello diangkat menjadi pelatih Juve pada 2004. Ia membawa timnya menjuarai dua musim seri-A di musim 2004-05 dan 2005-2006. Sayangnya, di Mei 2006 Juve ketahuan menjadi salah satu klub seri-A yang terlibat skandal pengaturan skor bersama AC Milan, AS Roma, SS Lazio, dan ACF Fiorentina. Juve terkena sanksi berat, dimana mereka terpaksa di degradasi ke seri-B untuk pertama kali dalam sejarah. Dua gelar yang dibawa Capello juga harus direlakan untuk dicabut.

Dibawah manajer muda Perancis, Didier Deschamps dan para pemain setia seperti Gianluigi Buffon dan Pavel Nedved, Juve menjadi tim super di seri-B dan dengan hasil sebagai juara seri-B untuk pertama kalinya, Juve kembali ke seri-A pada musim 2007-2008. Claudio Ranieri diangkat menjadi pelatih Juve setelah Deschamps berseteru soal bayaran gaji. Sayangnya usia Ranieri juga tidak berlangsung lama setelah ia gagal membawa Juve juara di musim 2008-2009. Mantan pemain Juve lain, Ciro Ferrara mulai bertugas menangani Juve di dua pertandingan akhir musim 2008-2009 dan melanjutkan posisinya untuk musim 2009-2010. Namun Ferrara pun tidak bisa bertahan lama, karena di bulan Januari 2010 ia gagal membawa Juve berprestasi lebih baik setelah kandas di babak penyisihan grup Liga Champions. Ia pun akhirnya digantikan oleh Alberto Zaccheroni. Zaccheroni menangangi Juventus sampai akhir musim 2009-2010 dan kemudian ia digantikan oleh Luigi Del Neri

 

Kamis, 31 Januari 2013

AC MILAN : Transfer pemain

                                                      
AC MILAN : Transfer pemain baru ac milan 2012/2013. MILANISTI | Expression Blog - Info menarik dengan berita terpenting dan terkini yang akan diposting kali ini. Bagi pecinta sepak bola dan penggemar klub liga Italia terutama AC Milan dengan sebutan Milanisti, postingan kali ini akan tersaji mengenai tranfer pemain baru AC Milan 2012 dan Skuad AC Milan 2012 - 2013 ada disini.


Uptade tranfer pemain baru AC Milan 2012/2013 pada tanggal 22 Juni 2012 pukul 16 : 22 WIB.

Inilah daftar yang masuk dalam skuad ac milan 2012 dengan nama tranfer pemain baru AC Milan 2012/2013 dan postingan/artikel lain seperti Skuad AC Milan 2012 - 2013 ada disini:

Uptade transfer dan skuad AC Milan 2012 - 2013 ( 31 Agustus 2012 )

>> 1. Ricardo Montolivo
Umur : 27 tahun (2012)
Skuad klub seelumnnya : Fiorentina
Dengan Status : Bebas Tranfer
Posisi : Gelandang

>> 2. Bakaye Traore
Umur : 27 tahun (2012)
Skuad klub sebelumnya : Nancy
Dengan Status : kepemilikan penuh
Posisi : Gelandang

>> 3. Kevin Constant
Umur : 25 (2012)
Skuad klub sebelumnya : Genoa
Dengan Status : Pinjaman
Posisi : Gelandang

>> 4. Francesco Acerbi 
Umur : 23 tahun (2012)
Skuad klub sebelumnya : Genoa
Dengan Status : kepemilkan penuh
Posisi : Bek

>> 5. Mattia Valoti
Umur : 18 tahun (2012)
Skuad klub sebelumnya : Albinoleffe
Dengan status : kepemilikan penuh
Posisi : Gelandang

>> 6. Gianpaolo Pazzini
Umur : 28 tahun ( 2012 )
Skuad klub sebelumnya : Inter milan
Dengan status : Pinjaman
Posisi : Striker

>> 7. Mbaye Niang
Umur : 17 tahun ( 2012 )
Skuad klub sebelumnya : liga perancis ( SM Caen )
Posisi : Penyerang

>> 8. Bojan Krkic
Umur : 21 tahun ( 2012 )
Skuad Klub sebelumnya : AS Roma 
Status : Pinjaman
Posisi : Center Forward

>>9. Nigel De Jong
Umur : 27 tahun ( 2012 )
Skuad klub sebelumnya : Manchester City
Status : kepemilikan penuh
Posisi : Gelandang bertahan

Pemain Muda Yang Diprediksi Bersinar Tahun 2013 (Part I)

Sudah jenuh dengan berita tentang Messi-Cristiano Ronaldo ? Banyak yang memprediksi di tahun 2013 ini akan ada sejumlah nama baru yang naik ke permukaan. Regenerasi ! Sejumlah pemain muda diprediksi akan bersinar. Siapa sajakah mereka ?



Pesepakbola muda yang mempunyai skill di atas rata-rata memang selalu menjadi perhatian. Berikut adalah para pemain muda yang diprediksi akan bersinar di tahun ini. Beberapa nama mungkin sudah mencuat ke permukaan karena prestasi di klub masing-masing, namun ada nama-nama lain yang patut diperhitungkan.


1. Lucas Moura
Lucas Rodrigues Moura da Silva
Negara : Brazil
Usia : 20 tahun
Klub Sekarang : Paris Saint Germain
Posisi : AM / SS
Market Value : 40 juta euro
Masa Kontrak : 2017



Pemain ini dipercaya akan menjadi menjadi bintang besar di masa depan. Bahkan dana sekitar 40 juta euro rela dikeluarkan Paris Saint Germain (PSG) untuk merekrutnya dari Sao Paulo. Tentu ini menunjukkan seberapa potensi yang dimiliki pemain ini.

2. Eden Hazard
Eden Hazard
Negara : Belgia
Usia : 22 tahun
Klub Sekarang : Chelsea
Posisi  : AM / LW / RW
Market Value : 40 juta euro
Masa Kontrak  : 2017



Terpilih sebagai pemain muda terbaik di Liga Prancis musim lalu, Hazard melanjutkan karirnya dengan bergabung bersama Chelsea di awal musim ini. Dan kini Hazard memegang peran cukup vital bagi Chelsea.

3. Oscar dos Santos
Oscar dos Santos Emboaba Junior
Negara : Brazil
Usia : 21 tahun
Klub Sekarang : Chelsea
Posisi  : AM / LW / RW
Market Value : 32 juta euro
Masa Kontrak  : 2017




Masih ingat 2 gol fenomenal Oscar ke gawang Juventus di Liga Champions ? Playmaker berusia 21 tahun ini merupakan pengumpan paling andal yang dimiliki Chelsea. Terbukti,dia sudah menghasilkan 7 assist dan enam gol dari total 27 pertandingan.

4. El Shaarawy
Kareem Saleh Kareem El Shaarawy
Negara : Italia
Usia : 20 tahun
Klub Sekarang : AC Milan
Posisi  : SS / LW
Market Value : 16 juta euro
Masa Kontrak  : 2017



Peran luar biasanya bagi AC Milan di musim ini tentu saja membuat namanya kini dikenal. Torehan 14 golnya di Liga Italia cukup fenomenal mengingat usianya yang masih belia.

** Baca juga : El Shaarawy : Si Lincah Dari Savona

5. Raheem Sterling
Raheem Shaquille Sterling
Negara : Inggris
Usia : 18 tahun
Klub Sekarang : Liverpool
Posisi  : RW / LW
Market Value : 2.5 juta euro
Masa Kontrak  : 2018


Musim ini kehadiran Sterling seperti memberi warna baru bagi Liverpool. Meski terbilang masih sangat muda, namun pemain yang memiliki kecepatan dan dribbling mematikan ini sering menjadi pilihan utama pelatih.

6. Chamberlain
Alex Oxlade-Chamberlain
Negara : Inggris
Usia : 19 tahun
Klub Sekarang : Arsenal
Posisi  : RW / LW
Market Value : 13.5 juta euro
Masa Kontrak  : 2018


Bergabung bersama Arsenal sejak musim lalu, dan kini Chamberlain mulai mendapat tempat di skuad utama. Pemain yang memiliki power dan kecepatan ini sering merepotkan barisan pertahanan lawan.

7. Mario Götze
Mario Gotze
Negara : Jerman
Usia : 20 tahun
Klub Sekarang : Borrusia Dortmund
Posisi  : AM / RW / LW
Market Value : 30 juta euro
Masa Kontrak  : 2016




Sejak lama Götze digadang-gadang sebagai "Messi dari Jerman". Produk asli akademi Dortmund ini telah menghasilkan 11 gol dan 10 assist musim ini.

8. Lorenzo Insigne
Lorenzo Insigne
Negara : Italia
Usia : 21 tahun
Klub Sekarang : Napoli
Posisi  : SS / AM
Market Value : 7.5 juta euro
Masa Kontrak  : 2017



Meski kerap dipinjamkan ke klub lain, pemain yang merupakan produk binaan akademi Napoli ini akhirnya mulai mendapat tempat pasca kepergian Lavezzi ke PSG. Insigne merupakan salah satu pemain muda di Liga Italia yang bersinar musim ini.

9. De Sciglio
Mattia De Sciglio
Negara : Italia
Usia : 20 tahun
Klub Sekarang : AC Milan
Posisi  : RB
Market Value : 3.5 juta euro
Masa Kontrak  : 2016



Sejak masuk tim utama De Sciglio selalu tampil konsisten. Sebagai bek kanan De Sciglio sangat disiplin dan memiliki umpan yang sangat akurat. Musim ini dia adalah salah satu kekuatan utama AC Milan di lini belakang.


10. Christian Eriksen
Christian Eriksen
Negara : Denmark
Usia : 20 tahun
Klub Sekarang : Ajax Amsterdam
Posisi  : AM
Market Value : 16 juta euro
Masa Kontrak  : 2014


Pemain kunci Ajax di musim ini, sejak debut tahun 2010 ia telah tampil 91 kali dan mencetak 17 gol bagi Ajax. Performa luar biasanya hingga membuat banyak klub besar Eropa mencoba merekrutnya.



Sejarah AC MilaN

                                        Sejarah AC MiLaN


                      

Kantor pusat pertama didirikan di 'Fiaschetteria Toscana' di Via Berchet di Milan, pada 1899. Sejak saat itu sejarah Milan yang sarat kejayaan terlahir karena klub itu terus mencatatkan namanya dalam buku rekor sepakbola sebagai salah satu tim yang paling terkenal dan paling sukses di dunia terutama dalam 15 tahun terakhir.
Sejarah Rossoneri bertaburan dengan nama-nama legendaris yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan klub, apakah itu para presiden, pelatih atau pemain. Presiden pertama adalah seorang expatriate asal Inggris, Alfred Edwards, yang menyaksikan klub itu meraih gelar pertamanya – hanya dua bulan setalh didirikan. Presiden dengan kesuksesan terbanyak adalah Silvio Berlusconi yng telah membawa Milan ke puncak dunia sejak berkuasa pada 1986.
Sebuah tim besar membutuhhkan seorang pelatih besar pula dan Milan jelas pernah ditangani oleh sejumlah bakat besar. Sosok-sosok seperti Gipo Viani, Nereo Rocco dan Nils Liedholm adalah para jagoan di era awal dan mereka diikuti oleh Arrigo Sacchi dan Fabio Capello yang membawa taktik dan strategi tim ke level baru yang banyak disebut-sebut sebagai pendekatan modern terhadap sepakbola. Seiring dengan itu, masing-masing dari mereka juga memastikan timnya memainkan sepakbola spektakuler.
Kejayaan di era Berlusconi diawali oleh Sacchi dan diikuti oleh Capello yang memenangi banyak trofi. Sacchi memenangi Piala Eropa secara beruntun bersama sebuah tim yang dianggap sebagai salah satu tim terhebat sepanjang sejarah, juga merebut gelar Serie A title, dua Piala Interkontinental dan Piala Super Eropa. Capello meneruskan itu dengan empat gelar liga, satu Piala Eropa dan satu Piala Super Eropa. Alberto Zaccheroni mempertahankan tradisi hebat itu dengan membawa timnya merebut gelar liga di tahun pertamanya sebelum Fatih Terim mengambil alilh untuk waktu yang singkat dan kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada Carlo Ancelotti yang kepiawaian manajemennya telah membawa Milan kembali ke puncak di Italia dan Eropa.

1899/1929

Pada 16 Desember 1899 Klub Sepakbola dan Kriket Milan secara resmi didirikan, tapi kali pertama nama Milan muncul di muka umum adalah pada hari Senin, 18 Desember dalam sebuah artikel di harian Gazzetta dello Sport newspaper. Kantor pusat pertama awalnya ada di Fiaschetteria Toscana di Via Berchet di Milan dan Presiden Alfred Ormonde Edwards mendaftarkan tim ini ke Federasi Sepakbola Italia pada Januari.
Tim ini hanya memainkan satu pertandingan dalam musim pertamanya, melawan Torino, dan meski kalah, Milan mengangkat trofi pertamany, 'Medali Raja’, yang diberikan oleh Raja Umberto I.
Pada 1900/01, Milan memenangi gelar nasional pertamanya dan Medali Raja yang kedua, dan mereka kembali memenanginya di musim berikutnya. Selama bertahun-tahun tim Kiplin meraih sukses besar dan Milan menjadi tim paling populer di wilayah Lombardy, memenangi 'Palla Dapples' yang bergengsi selama tiga musim beruntun (1904/05 - 1905/06 - 1906/07).
Pemain top saat itu adalah Louis Van Hege, seorang pencetak gol hebat dengan rata-rata luar biasa 1,1 gol per laga. Pada musim 1914/15, kejuaraan dihentikan sebelum akhir tahun lantaran pecahnya Perang Dunia I, dan baru dimulai kembali pada 1919. Setelah beberpa perubahan dalam struktur pengurus, Pietro Pirelli diangkat sebagai Presiden baru. Ia menduduki jabatan itu selama hampir 20 tahun, dan di eranya Stadion San Siro Stadium diresmikan.

1929/1949

Era 1920-an adalah periode konsolidasi buat Rossoneri di mana tim ini tak membuat gebrakan besar di lapangan.
Klub ini mengubah namanya dari Milan F.C. menjadi Milan Associazione Sportiva, dan menyusul sejumlah perubahan di level atas kepengurusan, Umberto Trabattoni menjadi presiden pada 1940. Itu adalah posisi yang didudukinya hingga 1954. Tim ini melewati periode naik dan turun, tapi biasanya mengakhir musim di papan tengah dan jarang finis di posisi empat teratas.
Perang Dunia II membuat sepakbola terhenti hingga musim 1946-47 ketika kejuaraan kembali digelar di mana setiap tim hanya sekali saling berhadapan. Milan berhasil finis di posisi keempat di bawah raksasa Torino, Juventus dan Modena. Dalam dua musim berikutnya ada sesuatu seperti momen kelahiran kembali di mana tim ini finis di tempat kedua dan ketiga, dengan Torino sebagai juara dalam kedua kesempatan itu.

1949/1955

Kehadiran Gunnar Nordhal menandai awal era baru buat tim Rossoneri yang sudah terlalu lama dianggap sebagai pelengkap dalam urusan gelar liga. Selain Nordhal, yang menjadi top skorer liga dengan 35 gol di musim 1949/50, dua pemain Swedia lainnya bergabung ke tim: Nils Liedholm dan Gunnar Gren. Ketiganya, bersama dengan kiper Lorenzo Buffon, merupakan penambahan kekuatan yang dibutuhkan tim ini.
Milan memenangi gelar keempat di musim 1950/51 dan melengkapi tahun bersejarah itu dengan merebut Piala Latin.
Sukses terus berdatangan dan Nordahl merupakan top skorer liga untuk tiga musim beruntun, 1952/53, 1953/54 dan 1954/55. Dalam musim terakhirnya, sang kapten mengantar Rossoneri meraih gelar liga satu lagi.
Pada 1954, Juan Alberto Schiaffino, yang dijuluki "Pepe", dibeli dari Penarol dan menjadi salah satu pemain top dalam tim ini selama beberapa tahun ke depan.

1955/1960

Musim 1955/56 menjadi saksi keikutsertaan Milan dalam edisi pertama Piala Champions di mana mereka kalah dari tim yang kemudian jadi juara, Real Madrid, di semifinal, tapi mereka berhasil merebut Piala Latin untuk kali kedua saat mereka menang 3-1 atas Athletic Bilbao di final.
Dengan kehadiran pelatih baru Gipo Viani yang menangani tim ini, Milan memenangi gelar liga di musim 1956/57, tapi kejutan sesungguhnya musim itu adalah striker Gastone Bean, yang mencetak 17 gol. Setahun kemudian, tim itu menjadi lebih kompetitif ketika Jose Altafini bergabung dalam tim: pemain Brasil itu merebut hati para fans dengan skill dan keceppatannya bersama-sama kapten "tua" Liedholm, Cesare Maldini dan "Pepe" Schiaffino, playmaker tak terlupakan di lini tengah, Milan memenangi gelar di akhir persaingan seru dengan Fiorentina.
Schiaffino, salah satu dari beberapa pemain yang pantas mendapat gelar juara sejati, memainkan musim terakhirnya di tim Milan yang gagal bersinar dalam kejuaraan, tapi setidaknya Rossoneri berhasil mengatasi rival sekota, Inter, 5-3 dalam derby musim semi, di mana Altafini mencetak 4 gol.

1960/1970

Jika tahun-tahun sebelumnya ditandai oleh para pemain asing (Gre-No-Li, Schiaffino-Altafini) menjadi andalan, antara 1960 dan 1970, para pemain Italia tak hanya mengambil alih posisi sebagai aktor utama dalam sejarah klub ini, tapi juga menonjol di pentas dunia dan mengukir nama di level internasional. Dari tim Olimpiade 1960 Roma datang pemain-pemain seperti Trapattoni, Trebbi, Alfieri dan Noletti bersama dengan seorang anak muda bernama Gianni Rivera yang memainkan laga pertamanya untuk klub ini saat usianya baru 17, melawan Alessandria, bekas timnya, dalam sebuah kemenangan 5-3 buat Milan. Musim itu Rossoneri berada dalam pacuan gelar hingga akhir, tapi dua kekalahan dalam dua laga terakhir, lawan Bari dan Fiorentina, membuat mereka hanya menjadi runner-up.
Saat Nils Liedholm pergi, 'Paròn' Nereo Rocco datang sebagai pelatih baru untuk memunculkan sebuah era baru, ditandai dengan sukses di dalam dan luar negeri. Trofi pertama adalah gelar liga di musim the 1961-62, tapi sukses yang paling menyenangkan dan tak terlupakan adalah merebut Piala Eropa untuk kali pertama. Dalam final melawan Benfica, dimainkan di Satdion Wembley pada 22 Mei 1963, merupakan laga yang seru: Milan menganggkat piala setelah mengalahkan tim Portugal itu 2-1 (Altafini menyumbang 2 gol buat Milan dan Eusebio mencetak gol buat Benfica). Foto kapten Cesare Maldini mengangkat piala bersama Nereo Rocco masih terbayang dalam memori semua suporter Rossoneri.
Milan gagal mengulang sukses itu di Piala Interkontinental Cup, di mana Milan kalah 0-1 dari Santos dalam laga penentuan di Stadion Maracana. Di akhir musim, presiden Andrea Rizzoli meninggalkan klub setelah sembilan tahun bergelimang sukses besar termasuk empat gelar liga, satu Piala Latin dan Piala Eropa yang bergengsi. Ia dikenang tak hanya atas prestasi olahraganya, tapi juga karena membangun pusat latihan centre of Milanello yang kemudian menjadi aset penting selama bertahun-tahun.
Setelah beberapa musim yang mengecewakan di mana tim ini bermain jauh di bawah potensi mereka, Milan kembali ke puncak klasemen di musim 1967-68, memenangi gelar liga kesembilan dan prestise klub makin melambung dengan sukses di Piala Winners Eropa, yang pertama dalam sejarah Milan. Menjadi juara liga membawa Milan kembali ke Piala Eropa di musim berikutnya dan pasangan Rivera-Prati bergaya di final di Stadion Bernabeu di mana mereka mengalahkan tim Belanda, Ajax, yang diperkuat Johan Cruijff muda, 4-1. Kiper Milan, Fabio Cudicini, mendapat julukan 'Laba Laba Hitam’ menyusul aksinya mencegah Manchester United mencetak gol di semifinal. Milan juga akhirnya menjadi Juara Dunia setelah menang 3-0 di San Siro yang diikuti dengan kekalahan 2-0 di Stadion Bombonera di Buenos Aires melawan Estudiantes. Kelas dan gaya Gianni Rivera membuat playmaker itu meraih Bola Emas sebagai Pemain Terbaik Eropa 1969, dan mendapat tribut indah ini: 'dalam dunia sepakbola yang gersang, Rivera satu-satunya yang memliki rasa puitis.'

1970/1985

Salah satu periode paling gelap dalam sejarah Milan di mana klub ini tak bisa banyak berpesta. Satu-satunya titik terang datang saat tim ini dianugerahi kehormatan untuk memakai 'Bintang' di kostum mereka setelah memenangi gelar liga ke-10, pada 1979. Tim ini juga tiga kali merebut Piala Italia serta satu Piala Winners Eropa.
Juara Italia ini dilatih oleh Nils Liedholm, yang memberikan debut kepada seorang pemain muda yang kemudian bakal menjadi kapten dan salah satu bek terbaik di dunia: Franco Baresi. Franco yang hebat ini bermain dalam laga kompetitif pertamanya buat Milan pada 23 April 1978 dalam kemenangan 2-1 atas Verona.
Tahun-tahun ini juga diwarnai datang dan perginya banyak pelatih dan pengunduran diri gelandang legendaris Gianni Rivera yang diangkat menjadi wakil presiden klub.
Delapan tahun pertama dari 1980-an menjadi saksi turunnya standar yang sebelumnya sangat tinggi di mana tim ini bermain selama dua musim di Serie B. Meski begitu, tak semuanya merupkan kabar buruk karena Paolo Maldini naik ke pentas sepakbola saat ia membuat debutnya pada 20 Januari 1985 dalam sebuah hasil imbang 1-1 lawan Udinese. Paolo, tentu saja, kemudian mengikutin jejak Baresi dan menjadi kapten tim ini meraih sukses di dalam dan luar negeri.

1985/2007

Setelah meraih sukses di musim-musim sebelumnya, Nils Liedholm diangkat kembali menjadi pelatih. Meski begitu, hasil-hasil yang diraih tak meningkat baik di liga atau di kompetisi piala. Klub ini sudah sampai pada masa di mana dibutuhkan perombakan besar-besaran dan pada 24 Maret 1986, Silvio Berlusconi diangkat sebagai presiden Milan ke-21.
Presiden baru ini memutuskan untuk secara radikal memperkuat tim dan mengambil keputusan untuk turun ke pasar transfer. Pada musim 1986/78, para pemain seperti Roberto Donadoni, Dario Bonetti, Giuseppe Galderisi, Daniele Massaro dan Giovanni Galli direkrut untk digabungkan dengan bintang Inggris Mark Hateley dan Ray Wilkins. Butuh waktu bagi para pemain baru ini untuk beradaptasi, tapi Milan berhasil lolos ke Piala UEFA berkat kemenangan atas Sampdoria dalam play-off di mana Massaro mencetak satu-satunya gol dalam laga itu di perpanjangan waktu.
Musim 1978/89 adalah saat kehadiran Arrigo Sacchi. Pelatih baru ini merupakan tokoh zonal marking, total football, beserta tekanan dan kecepatan terhadap lawan saat mereka menguasai bola. Bersama dengan kehadiran bintang-bintang Belanda Marco Van Basten dan Ruud Gullit, tim ini kemudian memasuki era baru dan mengasyikkan yang kemudian mengubah sepakbola tak hanya di Italia, tapi juga di dunia. Pemain tim yunior Alessandro Costacurta juga dipromosikan ke tim inti dan Milan berhasil mengubah musim itu menjadi salah satu momen luar biasa. Terlepas dari sanksi di luar lapangan, termasuk dinyatakan kalah 0-2 dari Roma berdasarkan keputusan pengadilan olahraga, tim ini berjuang bangkit dan bersaing dengan Napolinya Diego Maradona di puncak klasemen. Sebuah kemenangan 3-2 atas Napoli di stadion San Paolo pada 18 Mei 1988 memberikan Milan gelar liga ke-11 dan yang pertama di era Berlusconi.
Duet Belanda Gullit dan Van Basten diikuti rekan senegaranya, Frank Rijkaard, untuk membentuk satu trio baru dari satu negara yang sama mirip dengan Gunnar Nordhal, Nils Liedholm dan Gunnar Gren - 'Gre-No-Li' – di tahun 1950-an. Dari situ sukses demi sukses diraih. Di musim 1988/89, Milan menguasai Eropa, merebut Piala Champions setelah menekuk Vitocha, Red Star Belgrade, Werder Bremen dan kemudian Real Madrid di semifinal untuk mencapai final lawan Steaua Bucarest. Lebih dari 100.000 penonton memadati stadion Nou Camp di Barcelona untuk menyaksikan Milan menang telak 4-0. Di bawah asuhan Sacchi, tim ini memenangi satu gelar liga, dua Piala Champions, dua Piala Interkontinental, dua Piala Super Eropa dan satu Piala Italia.
Mantan gelandang Milan Fabio Capello menggantikan Sacchi di awal musim musim 1992/93 tapi tim ini terus mendominasi di dalam dan luar negeri, memenangi empat gelar liga (tiga secara beruntun), tiga Piala Super Italia, satu Piala Champions (dimenangi dengan kemenangan tak terlupakan di final lawan tim favorit Barcelona) dan satu Piala Super Eropa.
Periode antara 1986 dan 1996 tak diragukan lagi merupakan periode paling subur, tak hanya berdasarkan jumlah trofi yang dimenangi, tapi juga dari segi penampilan bermutu tinggi dan permainan mengasyikkan. "Yang Abadi " dan "Yang Tak Terkalahkan ", julukan mereka, membawa sepakbola ke level baru, tapi di akhir 90-an tak sepositif awal dekade itu. Klub ini berganti-ganti pelatih (Tabarez, kemudian Sacchi dan Capello lagi) tapi dengan kehadiran Alberto Zaccheroni pada 1999, Milan memenangi gelar liga yang ke-16 di musim yang bersamaan dengan perayaan hari jadi klub yang seabad.
The period between 1986 and 1996 was without a doubt the most prolific period, not only in terms of the number of trophies won, but in the excellent performances and exciting style of play. "The Immortals" and "The Invincibles", as they were known, took the game to new heights but the late '90s were not as positive as the beginning of the decade had been. The club alternated between a succession of coaches (Tabarez, then Sacchi and Capello again) but with the arrival of Alberto Zaccheroni in 1999, Milan won its 16th league title in the same season as the club's centenary celebrations.
Sejarah Milan berikutnya membawa kita ke periode sekarang di mana Carlo Ancelotti mengambil alih posisi pelatih dari Fatih Terim, dan bertepatan dengan sukses tim ini memenangi Liga Champions 2003 ketika mereka mengalahkan rival sesama Italia, Juventus di final. Milan juga merebut Piala Italia dan Piala Super Eropa di tahun yang sama.
Gelar liga kembali ke kantor pusat klub di Via Turati di akhir musim 2003/04 yang merupakan gelar ke-17 dan tim ini memulai musim berikutnya dengan memenangi Piala Super Italia pada 21 Agustus. Meski begitu, musim 2004/05 kemudian meninggalkan rasa pahit di mulut, dan terlepas dari sejumlah penampilan hebat, tim ini gagal menyamai prestasi musim sebelumnya. Sebaliknya, musim 2006/2007 merupakan salah satu kerja istimewa dalam segi perjuangan, keberanian dan sukses. Milan diberi peluang sempit menyusul hukuman yang dijatuhkan hakim olahraga di awal musim, tapi para pemain dan staf pelatih ‘menyingsingkan lengan baju mereka’ untuk membalikkan keadaan dengan cara yang mengangumkan. Para pemain dipanggil lebih awal dari liburan musim panas mereka, dengan beberapa di antara mereka baru saja memenangi Piala Dunia. Skuad ini berkumpul di Milanello, bersatu dan penuh determinasi, dan mereka lolos ke fase grup Liga Champions berkat kemenangan dalam pertarungan dua leg melawan Red Star Belgrade di babak kualifikasi. Milan juga membuat awal baik di liga, tapi harus membayar mahal atas minimnya persiapan seiring dengan waktu yang semakin menguras tenaga. Meski begitu, sejumlah latihan di udara hangat di Malta saat liburan musim dingin merevitalisasi tim. Para pemain Carlo Ancelotti dalam perfroma luar biasa memasuki fase terakhir musim itu hingga mereka mencapai target 4 Besar di liga dan Liga Champions. Dengan diamankannya posisi keempat, final di Athena mempertegas kekuatan karakter tim ini karena mereka berhasil mengatasi ketidakadilan, dengki dan ktidakberuntungan yang harus mereka jalani.
Salah satu trofi terakhir yang ditaklukkan adalah Piala Super Eropa yang dimenangi pada 31 Agustus 2007 di Montecarlo dalam final melawan Sevilla, pemegang Piala UEFA, sebuah pertandingannyang dimainkan tanpa antusiasme lantaran tewasnya pemain klub Andalusia itu, Antonio Puerta. Meski begitu, ada tugas penting satu lagi yang dijadwalkan buat Rossoneri di musim 2007/2008: perjalanan berat ke Jepang untuk memenangi Piala Dunia Klub FIFA, trofi interkontinental paling bergengsi yang bisa didambakan sebuah klub. Milan terbang dari Italia ke Yokohama siap untuk menghadapi tantangan ini dengan satu tambahan motivasi: memenangi trofi ini akan menjadikan Milan sebagai klub paling sukses di dunia dengan jumlah trofi internasional terbanyak yang pernah dikoleksi dan karenanya, mengalahkan klub Argentina Boca Juniors. Setelah memenangi semifinal lawan Urawa Red Diamonds, tim Ancelotti mulai berkonsentrasi dan penuh tekad untuk laga final lawan Boca. “Derby Dunia ” ini pun digelar: penampilan Rossoneri terbilang sempurna, spektakuler dan hasil akhir, 4-2 buat mereka, menobatkan Milan sebagai klub paling sukses di dunia. Kota Milan dan seluruh fans Milan bersama para pemain merayakan target prestisius yang tercapai berkat kekuatan dari sebuah kelompok fantastis yang mampu memberikan momen-momen yang sangat istimewa.

Dalam beberapa tahun terakhir Rossoneri, yang empat kali lolos ke semifinal kompetisi utama Eropa dalam lima tahun, telah mengukuhkan mereka sebagai pemain kunci dalam skenario nasional dan internasional, dan siap untuk meraih prestasi baru dengan dukungan antusiasme banyak fans di Italia dan luar negeri dan dengan lebih dari seratus tahun tradisi dari emosi dan kesuksesan.



Bagan Organisasi

The Club
NAME Associazione Calcio Milan s.p.a
YEAR OF FOUNDATION 1899
ADDRESS Via Filippo Turati 3, 20121 Milano.
TELEPHONE +39 0262281
FAX +39 026598876
STADIUM San Siro
Managers
Vice Executive President and C.E.O. Adriano Galliani
Vice President Paolo Berlusconi
Sports Manager Ariedo Braida
Technical Secretariat Cristina Moschetta
Technical Secretariat Virna Bonfanti
C.F.O. Alfonso Cefaliello
Director in Charge of Special Projects Barbara Berlusconi
Special Projects Manager Elisabetta Ubertini
Sports Organizational Manager Umberto Gandini
Coordinator of Adm. Compliance and Reporting to Sports Authorities Massimo Campioli
Marketing Manager Laura Masi
Sales Manager Mauro Tavola
Stadium Manager Daniela Gozzi
Human Resources Manager Raffaella Di Tondo
Communications Manager Giuseppe Sapienza
Administrative Manager Giovanni Amodio
Team Manager Vittorio Mentana
Youth Department Techincal Manager Filippo Galli
Youth Department Organization Manager Antonella Costa
Milanello Sports Centre Antore Peloso, Alfonso Sciacqua



Skuad Ac milan



Penjaga Gawang (Kiper)
Christian Abbiati
Flavio Roma
Marco Amelia
Donnarumma
 
Pemain Belakang (Bek)
Daniele Bonera
Sokratis Papastathopoulos
Thiago Silva
Oguchi Onyewu
Mario Alberto Yepes
Simone Romagnoli
Andrea De Vito
Nicola Pasini
Denis Fondrini
Michelangelo Albertazzi
Gianluca Zambrotta
Massimo Oddo
Luca Antonini
Marek Jankulovski
Kakhaber Kaladze
Alessandro Nesta
 
Pemain Tengah (Gelandang)
Ignazio Abate
Massimo Ambrosini
Kevin-Prince Boateng
Alexander Merkel
Mitja Novinic
Rodney Strasser
Gennaro Ivan Gattuso
Bruno Montelongo
Jordan Pedrocchi
Andrea Pirlo
Clarence Seedorf
Robinho
Mathieu Flamini
 
Pemain Depan (Striker)
Alexandre Rodrigues da Silva
Filippo Inzaghi
Gianmarco Zigoni
Giacomo Berreta
Harmony Ikande
Nnamdi Oduamadi
Dominic Adiyiah
Simone Verdi
Ronaldinho
Zlatan Ibrahimovic
Manager/Pelatih
Massimiliano Allegri
 
 
Berdiri: 1899
Alamat: Via Filippo Turati, 3 - 20121 Italy
Telpon: +39 02-62281
Ketua: Adriano Galliani
Direktur: Ariedo Braida
Stadion: San Siro
Sejarah

Milan adalah sebuah klub sepakbola yang bermarkas di Milan, Lombardy. Pertama dibentuk tepatnya pada 16 Desember 1899.

Pertama berdiri, Milan bukanlah sebuah klub sepakbola, melainkan sebuah klub kriket. Adalah ekspatriat asal Inggris Alfred Edwards dan Herbert Kilpin yang berinisiatif mendirikan klub ini. Karena dua orang itulah nama klub 'Milan' tetap dipertahankan hingga kini, yang sempat diwacanakan untuk mengganti nama sebagai Milano, yang disesuaikan dengan dialeg Italia.

Pada tahun 1908, klub ini mengalami perpecahan. Masalahnya adalah ketidaksepakatan antara beberapa pihak terkait mendatangkan pemain asing. Akhirnya, untuk mewadahi keinginan itu, terbentuklah klub yang bermaterikan pemain asing yang kini dikenal sebagai Internazionale Milano.

Milan bermarkas di San Siro, yang secara resmi disebut Stadio Giuseppe Meazza. Meazza sendiri merupakan mantan pemain Milan, dan juga rival sekota mereka, Inter. Adapun nama San Siro diambil dari lokasi distrik di mana stadion itu berada.

Pada 19 Desember 2005, wakil presiden Milan Adriano Galliani mengumumkan pihaknya serius mempertimbangkan keluar dari San Siro dan mencari atau membuat stadion baru dengan standar stadion sepakbola, yaitu tanpa lintasan atletik dan sebagainya. Sejauh ini keinginan tersebut belum terealisasi.

Posisi akhir musim 2008/09: Peringkat 3

Market Value:
252,450,000 euro

Tahun pertama masuk Serie A:
1929

Jumlah musim di Serie A:
76 musim

Nama Stadion: San Siro, Milan (Kapasitas: 80,108)

Pemain Bintang:
- Alexandre Pato
Setelah Kaka hengkang, pemain muda Brasil ini menjadi andalan utama klub untuk merusak pertahanan lawan. Pato memiliki kecepatan, aksi individu yang baik dan tendangan keras.

- Ronaldinho
Kemampuan terbaiknya memang belum sepenuhnya muncul, namun dia tetap menjadi salah satu pemain yang harus diwaspadai. Akurasi umpan masih cukup bagus dan aksi individunya juga belum luntur.

- Andrea Pirlo
Menjadi salah satu pemain veteran andalan Milan. Kemampuannya mengatur tempo dan akurasi umpannya tak patut dipertanyakan lagi. Belum lagi kemampuannya melakukan tendangan bebas.

Formasi Tim:
4-3-3: Christian Abbiati, Gianluca Zambrotta, Thiago Silva, Alessandro Nesta, Daniele Bonera, Massimo Ambrosini, Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, Ronaldinho, Klaas-Jan Huntelaar, Pato

Pemain Cadangan:
Dida, Flavio Roma, Marco Storari (K), Kakha Kaladze, Massimo Oddo, Oguchi Onyewu, Giuseppe Favalli, Luca Antonini, Ignazio Abate (B), Clarence Seedorf, Matthieu Flamini, Marek Jankulovski, Davide di Genarro (T), Filippo Inzaghi, Marco Borrielo (D)

Nama Pelatih:
Leonardo

Kegiatan Transfer:
Masuk: Onyewu (d, Standard Liege), Oddo (d, Bayern Munich), Storari (g, Fiorentina), Diniz (d, Crotone), Digao (d, Standard Liege), Abate (m, Torino), Zigoni (f, Treviso), Di Gennaro (m, Reggina), Beretta (f, Albinoleffe), Huntelaar (f, Real Madrid), Roma (g, Monaco)

Keluar: Kaka (m, Real Madrid), Shevchenko (f, Chelsea), Maldini (d, retired), Senderos (d, Arsenal), Mattioni (d, Gremio), Emerson (m, free agent); Aubameyang (f, Lille), Miskiewicz (g, Chievo), Kalac (g, free agent)

Jadwal Tim

Prediksi musim 2009/10:
Dengan performa yang belum stabil dan skuad yang masih belum kompak, Milan kemungkinan akan kesulitan meraih scudetto. Namun mereka masih cukup layak untuk menempati zona Champions di akhir musim