AWAL BERDIRINYA JUVENTUS FC
Juventus
didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan tahun 1897
oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di Turin,
tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club Juventus dua tahun
kemudian. Klub ini bergabung dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia pada
tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian warna pink
dan celana hitam. Juve memenangi gelar seri-A perdananya pada 1905,
ketika mereka bermain di Stadio Motovelodromo Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih,
Juventus Football Club biasa disebut sebagai Juventus dan popular dengan nama Juve,
merupakan sebuah klub sepak bola profesional asal Itali yang berada di
kota Turin . Klub ini didirikan pada tahun 1897.Juventus merupakan
klub tersukses dalam sejarah Liga Serie A dengan raihan 27 gelar juara (Scudetto),
dan juga tercatat sebagai salah satu klub tersukses di dunia. Juventus
menjadi klub terbaik Italia di abad 20, dan menjadi klub terbaik
Italia kedua di Eropa dalam waktu yang sama.Secara keseluruhan, klub
ini telah memenangi 51 kejuaraan resmi. Dengan rincian 40 di Italia,
dan 11 di zona UEFA dan dunia. club ini menjadi klub pertama Italia dan
Eropa Selatan yang berhasil memenangi gelar Piala UEFA (sekarang
namanya menjadi Liga Europa). Pada tahun 1985, Juventus menjadi
satu-satunya klub di dunia yang berhasil memenangi seluruh kejuaraan
piala internasional dan kejuaraan liga nasional, dan menjadi klub
Eropa pertama yang mampu menguasai semua kejuaraan UEFA dalam satu
musim.
Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak pemain untuk tim nasional Italia.
Sejak 2006 klub ini bermarkas di Stadio Olimpico di Torino. Markas lama mereka yaitu stadion Stadio delle Alpi,
sedang dalam perombakan besar-besaran yang diperkirakan akan selesai
pada awal musim 2011-2012, dimana nanti namanya akan berubah menjadi
Juventus Arena.
MASA KEPELATIH CARLO CARCANO
Pada
1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve
keluar dari Turin. Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia
memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai Derby della Mole. Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli
mengambil alih kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun
stadion baru. Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana
pada musim 1925-1926, mereka berhasil menjadi scudetto dengan
mengalahkan Alba Roma/As Roma dengan
agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia
dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935,
dibawah asuhan pelatih Carlo Carcano, dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.
MASA KEPELATIHAN JESSE CARVER
Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale,
tetapi di akhir 1930 dan di awal 1940 mereka gagal merajai Italia.
Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino.Klub ini
menambah dua gelar seri-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah kepelatihan
orang Inggris, Jesse Carver.Dua striker baru dikontrak pada musim 1957–58; seorang Wales bernama John Charles dan blasteran Italia-Argentina Omar Sívori, yang bermain bersama punggawa lama seperti Giampiero Boniperti.
Musim ini, Juve kembali berjaya di seri-A, dan menjadi klub Italia
pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10
gelar Liga seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi
pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve
juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final
MASA KEPELATIHAN TRAPPATONI
era
tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat seri-A porak poranda di
1980. Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar seri-A empat
kali di era tersebut. Puncaknya adalah pada 1982 dimana Juve menjadi
klub seri-A pertama yang berhasil memenangi seri-A sebanyak 20 kali, dan
itu berarti mereka boleh menambah tanda bintang di kausnya satu kali
lagi. Paolo Rossi, salah satu pemain Juve bahkan terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia 1982.Setelah Paolo Rossi, pria Perancis bernama Michel Platini
secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali
berturut-turut: 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada
pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub
yang mampu mengantarkan
pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak
empat tahun berurutan. Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil
menjadi juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC
dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus
dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan
dengan para hooligans(pendukung) dari Liverpool. Sebagai hukuman,
tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima
tahun. Diakhir 1980, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka
harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan. Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990
Marcello Lippi
mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-1995.Ia
lantas mengantarkan Juventus memenangi seri-A untuk pertama kalinya
sejak pertengahan 1980 di musim 1994-1995. Pemain bintang yang ia asuh
saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal, dimana Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve.
Sesaat
setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja
saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi
pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi seri-A musim 1996–1997 dan 1997–1998, termasuk juga Piala Super Eropa 1996 dan Piala Interkontinental 1996. Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).
Setelah
dua musim absen karena dikontrak oleh Inter Milan (dan gagal), Marcello
Lippi kembali ke Juventus di awal 2001. Pria penyuka cerutu ini lantas
membawa beberapa pemain biasa, yang kembali ia berhasil sulap menjadi
pemain hebat, diantaranya Gianluigi Buffon, David Trézéguet, Pavel Nedvěd dan Lilian Thuram,
dimana para pemain tersebut membantu Juve kembali memenangi dua gelar
seri-A di musim 2001-2002 dan 2002-2003. Juve juga berhasil maju kembali
ke final Liga Champions, sayangnya mereka kalah oleh sesama tim Italia
lain, AC Milan. Tahun berikutnya, Lippi diangkat menjadi manajer timnas Italia setelah bersaing ketat dengan Fabio Capello, dan mengakhiri eranya sebagai pelatih terbaik Juventus di era 1990 dan awal 2000.
Mantan pemain Juventus era 1970,
Fabio Capello
diangkat menjadi pelatih Juve pada 2004. Ia membawa timnya menjuarai
dua musim seri-A di musim 2004-05 dan 2005-2006. Sayangnya, di Mei 2006
Juve ketahuan menjadi salah satu klub seri-A yang terlibat skandal
pengaturan skor bersama
AC Milan,
AS Roma,
SS Lazio, dan
ACF Fiorentina.
Juve terkena sanksi berat, dimana mereka terpaksa di degradasi ke
seri-B untuk pertama kali dalam sejarah. Dua gelar yang dibawa Capello
juga harus direlakan untuk dicabut.
Dibawah manajer muda Perancis,
Didier Deschamps
dan para pemain setia seperti Gianluigi Buffon dan Pavel Nedved, Juve
menjadi tim super di seri-B dan dengan hasil sebagai juara seri-B untuk
pertama kalinya, Juve kembali ke seri-A pada musim 2007-2008.
Claudio Ranieri diangkat
menjadi pelatih Juve setelah Deschamps berseteru soal bayaran gaji.
Sayangnya usia Ranieri juga tidak berlangsung lama setelah ia gagal
membawa Juve juara di musim 2008-2009. Mantan pemain Juve lain,
Ciro Ferrara
mulai bertugas menangani Juve di dua pertandingan akhir musim 2008-2009
dan melanjutkan posisinya untuk musim 2009-2010. Namun Ferrara pun
tidak bisa bertahan lama, karena di bulan Januari 2010 ia gagal membawa
Juve berprestasi lebih baik setelah kandas di babak penyisihan grup Liga
Champions. Ia pun akhirnya digantikan oleh
Alberto Zaccheroni. Zaccheroni menangangi Juventus sampai akhir musim 2009-2010 dan kemudian ia digantikan oleh
Luigi Del Neri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar